Kemarau Ekstrem Panjang, Petani di Majalengka Berharap Segera Turun Hujan

JABAR EKSPRESPetani di Kabupaten Majalengka resah menghadapi musim tanam kedua tahun 2023.

Hingga pertengahan Juli, hujan belum kunjung datang, menimbulkan kekhawatiran bagi para petani.

Saat ini, beberapa wilayah pertanian di Majalengka telah memasuki musim tanam, dan kehadiran hujan sangatlah penting untuk memenuhi kebutuhan irigasi pertanian.

Terutama bagi daerah-daerah yang bergantung pada curah hujan sebagai sumber irigasi utama.

Kusnadi, seorang warga Desa Bantaragung, Kecamatan Sindangwangi yang berusia 56 tahun, menjelaskan bahwa sebagian besar petani di wilayahnya sudah memasuki musim tanam.

BACA JUGA: Musim Kemarau Jadi Ancaman Krisis Pangan, BMKG Sebut Dampak Perubahan Iklim Sangat Serius

Untungnya, persoalan irigasi pertanian bukanlah masalah serius di Kecamatan Sindangwangi karena wilayah tersebut masih memiliki pasokan air yang melimpah, berkat letaknya yang berdekatan dengan Gunung Ciremai.

Namun, baru-baru ini muncul permasalahan baru yang mengkhawatirkan, yaitu ancaman serangga pengganggu seperti burung dan belalang yang kerap merusak tanaman padi. Hal ini disebabkan oleh musim kemarau ekstrem.

“Alhamdulilah kalau masalah air irigasi masih aman, hanya saja hama belalang dan ulat pemakan daun serta burung kerap menjadi masalah jika musim kemarau seperti ini. Kemungkinan karena kurangnya makanan di habitat mereka sehingga menyeberang ke sini,” ujar Kusnadi, dikutip dari RadarMajalengka.com, Minggu, 15 Juli 2023.

Untuk memudahkan pola tanam selama musim kemarau, sebagian petani di Kecamatan Ligung telah memilih menggunakan mesin pompa air.

Langkah ini bertujuan untuk mempermudah proses penanaman padi atau tandur.

BACA JUGA: Dampak Fenomena El Nino dan IOD! Indonesia Terancam Kekeringan Ekstrem, Waspada!

Menurut Suherman, seorang petani berusia 47 tahun yang berasal dari wilayah tersebut, ketersediaan air sangatlah penting selama musim kemarau.

Hal ini membantu memudahkan proses tandur atau penanaman tanaman padi.

“Kalau tandur kan tanah harus gembur, sehingga kebutuhan air sangat tinggi, oleh karena itu untuk membantu proses tandur maka kami terpaksa harus memompa air dari sungai dengan mesin pompa diesel,” kata Kusnadi lebih lanjut.

Suhenda, sekretaris KTNA (Koperasi Tani Nusantara) Kabupaten Majalengka, mengungkapkan bahwa dengan adanya pertumbuhan pesat industri di Majalengka, luas lahan pertanian terus menyusut.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan